Ramah Lingkungan

Selasa, 27 September 2011

Rumah Bambu Ramah Lingkungan


 
Jika dipanen dengan benar, bambu merupakan sumber daya alam terbarukan dan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Bambu berbentuk pipa berkulit keras, agak lentur dan tahan lama mampu bertahan lebih dari 100 tahun dan merupakan pengganti yang cocok untuk sumber daya kayu yang langka. Ada sekitar 1.250 spesies bambu dikenal di dunia, 140 di antaranya terdapat di Indonesia. Meskipun sejak dulu banyak digunakan di Indonesia dalam konstruksi, furnitur, kerajinan dan alat musik namun bambu masih dianggap bahan perempuan atau bahan orang miskin. Hal itu karena bambu masih rentan terhadap serangga seperti : rayap, bubuk, kumbang. Untuk mengangkat citra Bambu, manusia bisa berkolaborasi dengan ekologi bambu, specialits pengawetan bambu, tukang bambu, ahli konstruksi, dan petani bambu, melalui beberapa kegiatan dan proyek seperti : pelatihan pengawetan bambu, pelatihan konstruksi bambu, manajemen rumpun bambu, serta dengan meningkatkan bambu desain dan menciptakan produk bambu unggul.
Beberapa keunggulan bambu :
  Sumber Daya Terbarukan. Bambu adalah hasil tinggi, dapat dipanen dalam umur 3-5 tahun dibandingkan 20-50 tahun untuk kayu yang paling. Produksi biomassa culms yang diperkirakan sekitar 20 sampai 30 ton / ha per tahun.
berlimpah. Ada lebih dari 1.500 spesies di seluruh dunia dan lebih dari 100 spesies yang ditemukan di kepulauan Indonesia.
kuat dari baja. Spesies tertentu bambu memiliki kekuatan tarik 28.000 per inci persegi vs 23.000 untuk baja.
• Meningkatkan mata pencaharian bagi petani lokal. Bambu tumbuh di daerah pedesaan dan sebagian besar dimiliki oleh petani miskin. Dengan memanfaatkan bambu secara berkelanjutan kita dapat membantu meningkatkan pendapatan mereka.
Aman Perumahan. Lebih dari satu miliar orang di dunia hidup di rumah-rumah bambu. Dalam kebanyakan kasus, bangunan bambu telah terbukti menjadi bukti gempa.
eksotis, indah. Bambu merupakan bahan eksotis dan cantik alami, dapat dimanfaatkan untuk produk yang berguna begitu banyak.

Kamis, 15 September 2011

Arsitektur Ramah Lingkungan

PENERAPAN T = W - D --> DI INDONESIA

 KONSTRUKSI BAMBU

Diantara penerapan T = W - D di Indonesia menurut pendapat saya adalah sebagai berikut :

1. Dipelopori Oleh GBCI

JAKARTA, (PRLM).- Secara ekonomi keuntungan penerapan “green building” sangat nyata dan terukur, terutama dari sisi penghematan energi. Halitu dikatakan Naning Adiwoso, Chairperson Green Building Council Indonesia (GBC INDONESIA), di Jakarta, Jumat (9/9).

Sert diketahui, sebuah gedung komersil yang mengikuti standard penilaian Greenship biasanya mampu melakukan penghematan energi antara 26-40% setiap bulannya.

Penghematan tersebut bersumber dari berkurangnya volume penggunaan AC, penerangan gedung dan tak ketinggalan penghematan penggunaan air.

Efek positif yang sangat besar dari penerapan standarisasi green building sudah selayaknya menjadi acuan Indonesia dalam menerapkan standarisasi green building terhadap bangunan-bangunan komersial.

Soal standar yang dipakai, kata Naning, Indonesia berhak menentukannya sendiri. Sebagai gambaran, dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal, GBC INDONESIA telah menetapkan Greenship sebagai rating tools. Greenship adalah sistem penilaian yang menjembatani konsep bangunan ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik yang nyata.

Dengan demikian, penerapan standarisasi green building di Indonesia dapat secara maksimal membantu program pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah.

Dalam kesempatan tersebut, Ir. Rana Yusuf Nasir, Direktur Rating & Teknologi GBCI menjelaskan bahwa Indonesia juga harus menerapkan GREEN Performance yaitu bagaimana nilai-nilai filosofi mengenai ramah lingkungan itu diterapkan, melalui antara lain Greenship Rating Tools. Yaitu pemahaman bagaimana dapat mengurangi penggunaan sumber daya alam, meminimalisir dampak lingkungan dan memperbaiki kualitas hidup yang sehat dan nyaman.

"Green Building tidak hanya dilihat dari pembangunannya yang memenuhi kriteria. Tapi juga harus dilihat bagaimana konservasi dan efisiensi energi yang diterapkan di gedung itu. Juga penanganan masalah air yang harus hemat, sumber material pembangunannya yang ramah lingkungan dan pengelolaan lingkungannya, haruslah terpadu dan menghasilkan bangunan yang betul-betul hijau," tambah Rana.

GBC INDONESIA akan mengadakan perhelatan berupa Grand Launching Green Building Council Indonesia di Ballroom Pullman Hotel – Central Park, Podomoro City, Jakarta Barat, 20 September 2011. (A-78/A-26).***

2. MENGGANTI PERMUKAAN TANAH YANG TERTUTUP BANGUNAN DENGAN LOBANG

AIR PERMUKAAN


Prof. Dr. Soenyoto dari UGM menciptakan sebuah rumus untuk menghitung Volume lubang dalam tanah untuk menampung air hujan sebelum air diteruskan serapan tanah.
Volume lubang tersebut harus didasarkan pada luas permukaan tanah yang tertutup oleh tapak bangunan dan unsur - unsurnya, jalan, termasuk block beton, beton rabat yang menutupi halaman, sehingga tanahnya tidak dapat menyerap air hujan. Tujuan dari lubang yang dibuat untuk memperbaiki kualitas air tanah dan mensuply air tanah yang pemasukannya berkurang akibat tertutup oleh tapak bangunan dan bagian-bagiannya.

3. PENGGUNAAN ENERGI NON FOSIL

Penggunaan energi non fosil semakin digalakkan dan termasuk aplikasinya dalam desain arsitektur di Indonesia, seperti :
- Pemanfaantan energi surya dengan panel surya
Meskipun teknologinya masih dibilang mahal, namun ini bisa diambil sebagai alternatif energi yang sumbernya terus menerus memancar.
- Pemanfaatan Energi Angin
Energi angin salah satu energi yang sudah banyak dipakai di Indonesia meskipun masih terbatas dan perlu kombinasi dengan energi yang lain.
- Energi Gelombang Laut
Energi yang pemanfaatannya masih membutuhkan penelitian dan pengembangan. Rekayasa teknologinya belum banyak diaplikasikan, termasuk di Indonesia, lebih - lebih dengan adanya beberapa gempa tektonik yang berpotensi menimbulkan tsunami, beberapa tahun terakhir ini.
- Energi Tenaga Air
Energi ini sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia, seperti : adanya PLTA dan Tenaga Mikrohidro (untuk pembangkit skala kecil), pompa hidran, dsb.
- Energi Nuklir
Salah satu energi yang perlu hati - hati dalam penerapannya sebab terkait dengan teknologi yang cukup rawan bila belum diseertai dengan penguasaan teknologinya.

Perkembangan BBM Ramah Lingkungan di Indonesia

AYO KURANGI RACUN "CARBON" DI JALAN - JALAN

Di Universitas Kyushu ada Kuliah NCRS G-COE "Jalan Rendah Carbon Berkelanjutan" Tanggal: March 2 (Sel) 2010 13:30-15:00
Tempat: C-CUBE 301/303 (Cikushi kampus, Kyushu University)
Dosen: Prof Makoto Misonou
Badan Sains dan Teknologi Jepang
Profesor emeritus di University Tokyo

Dan Kuliah Bestmix Energi 'yang disponsori oleh GCOE
Tanggal: 27 Feb (Sab), 2010 13:00 ~
Tempat: Ruang Konferensi Besar / 7F, ACROS Fukuoka

Mungkinkah ini kita terapkan di Indonesia ? Bagaimana pemerintah mempeloporinya?

JALAN RENDAH CARBON

Sebagai pengguna jalan dengan mengendarai kendaraan bermotor, tentulah selama itu kita menyemburkan emisi gas buang ke udara sepanjang jalan itu, termasuk carbon. Mungkinkah kita mengurangi emisi gas buang tersebut? Untuk itu mari kita coba untuk mencermati seputar informasi tentang hal tersebut. Beberapa cara untuk mengurangi emisi gas buang adalah :
1. Memakai kendaraan berbahan bakar non fosil (hidrogen, motor listrik)
2. Memakai kendaraan dengan tenaga manusia (sepeda, becak) dengan jarak terbatas
3. Memakai kendaraan berbahan bakar renewalbe (bioenergi : biofuel, biogas)
4. Memakai kendaraan berbahan bakar rendah carbon (Bestmix Energy)

BESTMIX ENERGY

Bila penggunakan BBM bersubsidi (premium) untuk motor dilarang oleh pemerintah ini langsung mendapat kecaman masyarakat pemakai sepeda motor, tentu dengan berbagai alasan:
1. BBM pengganti (pertamax dan pertamax plus) lebih mahal
2. Pengguna sepeda motor dari kalangan menengah ke bawah
3. Tidak diketahui keuntungan lebih menggunakan pertamax/pertamax plus

Alasan 1 dan 2 akan lebih mudah didekati secara ekonomis. Pendekatan untuk alasan 3 diantaranya dengan sosialisasi keuntungan/keunggulan menggunakan bahan bakar Pertamax atau Pertamax Plus.

Keunggulan Pertamax dan Pertamax Plus

Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina yang ditujukan untuk kendaraan high end. Pertamax diluncurkan dari tahun 1999 untuk menggantikan Premix 98. Alasan penggantian Premix karena mengandung unsur MTBE yang berbahaya bagi lingkungan. (Wikipedia)

Pertamax adalah gasoline motor Non Timbal dengan keunggulan:
1. Kandungan aditif lengkap generasi Mutakhir (generasi 5), dengan sifat detergency yang Membersihkan Intake Valve Port Fuel Injector, karburator, dan Ruang Bakar dari deposit Carbon, untuk menjaga kinerja mesin tetap optimal
2. Mempunyai nilai oktan/Research Octane Number*) (RON) 92 dengan stabilitas oksidasi yang tinggi dianjurkan untuk kendaraan bensin dengan perbandingan kompresi tinggi.
3. Pembakaran pada mesin lebih sempurna karena kandungan olefin, aromatic dan benze-nya lebih rendah dari premium.
4. Tanpa campuran timbal (unleaded) sehingga gas buangnya tidak mengandung timah hitam maka pertamax lebih ramah lingkungan.**)
5. Umur pakai mesin lebih awet dan performa lebih baik,***)
6. Membantu pemerintah untuk mengurangi anggaran subsidi BBM karena memakai bahan bakar non subsidi.

*) Nilai Research Octane Number (RON), untuk bahan bakar :
1. Jenis Premium dengan RON 88
2. Pertamax dengan RON 92
3. Pertamax Plus RON 96
4. Pertamax Racing RON 100 untuk kendaraan balap
RON = Research Octane Number adalah sebuah nilai yang digunakan untuk mengukur
ketahanan mesin motor bahan bakar bensin terhadap Knocking/efek mesin ngelitik,
makin tinggi RON mesin makin berkurang efek ngelitiknya.

**)Timbal digunakan untuk menaikkan nilai oktan bensin sejak
awal abad ini. Namun akhirnya diketahui bahwa timbal sangat berbahaya bagi
kesehatan, yaitu bersifat carcinogenic (pemicu kanker) dan juga menghambat
perkembangan intelijensi (IQ) anak-anak. Mengingat dampak negatif tersebut maka
dikembangkan bensin non timbal namun beroktan tinggi sejak awal 1970-an.
Kemudian Pertamina mengganti bensin bertimbal (premium dan premix) pada akhir
tahun 2001 secara bertahap dan berakhir pada tahun 2003.
Bensin non-timbal yang sering disebut sebagai bensin ramah lingkungan sebenarnya
belum bebas dari dampak terhadap lingkungan. Bensin non-timbal terdapat zat
aromatics yang masih bersifat carcinogenic! Namun zat-zat aromatics ini bisa
dinetralisir oleh Catalytic Converter (Cat).
Kesimpulannya, jika kendaraan tidak dilengkapi cat, maka gas buang dari
kendaraan masih bersifat carcinogenic, namun tidak berpengaruh terhadap
perkembangan IQ anak-anak.

**)Untuk mesin sepeda motor dengan spesifikasi bahan bakar
Pertamax bila dipaksa menggunakan Premium maka akan berpengaruh pada menurunnya
performa dan umur pakai mesin. Sebaliknya mesin sepeda motor dengan spesifikasi
bahan bakar Premium bila menggunakan Pertamax, performa mesin meningkat,
akselerasi tarikan lebih responsif. Pembakaran lebih sempurna karena nilai oktan
pertamax lebih tinggi sehingga pembakaran lebih bersih, kinerja mesin meningkat,
dan busi tidak cepat ganti.

Dengan keunggulan tersebut Pertamax merupakan bahan bakar ramah lingkungan(unleaded) beroktan tinggi sebagai hasil penyempurnaan produk Pertamina sebelumnya. Pada formula barunya terbuat dari bahan baku berkualtas tinggi memastikan mesin kendaraan bermotor anda bekerja dengan lebih baik, lebih bertenaga, “knock free”, rendah emisi, dan memungkinkan anda menghemat pemakaian bahan bakar.

Pertamax ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal (unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic converters. Bagi pengguna kendaraan yang diproduksi dibawah tahun 1990 tetapi menginginkan peningkatan kinerja mesin kendaraannya juga dapat mempergunakan produk ini.

Sumber : Pertamina dan diolah dari berbagai sumber.

http://azwaramril.blogspot.com
http://levamentum.wordpress.com

KEBIJAKAN ENERGI DI INDONESIA

Ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil masih tinggi. Belum ada kebijakan yang mengindikasikan langkah pemerintah untuk mencapai target dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional, yang menyatakan bahwa di tahun 2025 kebutuhan energi di indonesia akan dipenuhi sebagai berikut :
1. Minyak bumi sebesar kurang dari 20%.
2. Gas bumi sebesar lebih dari 30%.
3. Batubara sebesar lebih dari 33%.
4. Biofuel sebesar lebih dari 5%.
5. Panas bumi sebesar lebih dari 5%
6. Energi baru dan terbarukan lain khususnya, Biomasa, Nuklir, Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya dan Tenaga Angin sebesar lebih dari 5%.
7. Bahan Bakar lain yang berasal dari pencairan batubara sebesar lebih dari 2%.

Sumber :
http://teknikberbicara.blogspot.com